Whistler Blackcomb

Ini cerita perjalanan dua tahun lalu saat masih kerja sebagai course leader. Saya mendapat tugas untuk mengawal adik-adik SMP ke Vancouver, British Columbia, Canada. Waktu itu akhir bulan September.

Salah satu tempat yang kami datangi adalah sebuah resort ski jawara di BC bernama Whistler Blackcomb, sekitar 120 km dari Vancouver, memakan waktu 2 jam pakai mobil karena jalanan yang cukup berkelok dan pemandangan indah yang sayang kalau dilewatkan begitu saja. Bahkan perjalanan ini akan melewati beberapa tempat wisata alam yang juga sayang kalau tidak disambangi. Selain gratis, pemandangan dan pengetahuannya juara punya.

Sesampainya di sana, saya dan sahabat saya yang bela-belain datang dari Toronto langsung mencari restoran untuk makan. Namanya juga resort, harga memang cukup mahal. Berdua kami menghabiskan lebih dari seratus dollar Canada yang saat itu setara dengan sejuta lebih sedikit rupiah. Soalnya pilihan makanannya juga sombong (baby back ribs) dan karena saat itu suhu cukup dingin sekitar 12 derajat celcius, kami berbagi beergarita juga 😀

babyribsbeergarita

image source: google image

Kira-kira begitulah penampakannya. Foto asli saat itu belum berhasil saya temukan. Gambar di atas adalah hasil googling. Nanti kalau ketemu, saya ganti dengan aslinya.

(red: 10 November 2013, KETEMU!)

Ini penampakan selfie yang kurang berhasil, kami dan beergarita a la Whistler

Ini penampakan selfie yang kurang berhasil, kami dan beergarita a la Whistler

Beres makan, kami siap memulai petualangan. Berbekal tiket diskonan Peak2Peak Gondola seharga 30-dollaran (harga aslinya lebih mahal lagi), dua perempuan yang lumayan takut ketinggian ini mulai antri untuk masuk ke gondola. Jujur tangan saya dingin, bukan karena suhu udara, tapi karena jantung berdetak lebih cepat dari biasanya dan darah sepertinya ogah-ogahan mengalir. Saya memang takut ketinggian. Bismillah!

Peak2Peak

Terlihat kan? Senyum saya maksa banget! Tapi pemandangannya memang juara. Bahkan kalau benar-benar beruntung, penampakan beruang hitam bisa terlihat loh. Sayang, saya terlalu takut untuk melihat ke bawah mencari-cari keberadaan si beruang hitam.

inside gondola

Ok, akan saya tulis lagi.
“HIGHEST LIFT OF ITS KIND IN THE WORLD. 436M/1427 FT ABOVE THE VALLEY FLOOR”
Boleh dong deg-degan? 😀

Makin ke atas, eh kok makin dingin. Dan ternyata sesampainya kami di puncak pertama, salju sedang turun rintik-rintik. Rasa takut beberapa menit menuju puncak pertama langsung hilang. Ini merupakan kejutan yang menyenangkan. Harusnya salju belum turun. Baru September akhir. Biasanya akhir Oktober baru mulai turun dan lebat di bulan Januari. Mungkin alam raya ingin mengucap selamat datang kepada 20 orang manusia tropis. Akhirnya saya bertemu lagi dengan salju setelah 11 tahun tak jumpa!

kebiasaan!

ReniOdit

beergarita ada gunanya ;p bikin gak terlalu kedinginan.

Cukup lama kami menikmati puncak pertama. Suhu 2 derajat plus angin tidak terlalu dirasa. Beku sendi dan baju yang mulai basahpun tidak jadi masalah. Terlebih melihat adik-adik SMP yang saya bawa ini seperti menemukan surga kecil di puncak Whistler.

whistler

Setelah puas bergumul dengan salju (padahal kedinginan karena pakaian yang kami kenakan tidak siap untuk bertemu salju dan terpaan angin di atas gunung), kami mencari kehangatan di cafe. Tadinya mau ngopi, pas melihat harga kopi yang paling standar, saya memilih untuk minum tap water saja. Lupa saya! Sudah di resort ski tempat Olimpiade musim dingin diadakan, plus sedang berada di cafe puncak gunungnya. Berlipat-lipat dong harganya. Tapi tentunya acara menikmati pemandangan jalan terus.

roundhouselodgeterrace

Ini adalah pemandangan dari teras Roundhouse restoran. Ada danau yang cantik dan Inukshuk Ilanaaq yang legendaris!
Cukup lama saya dan sahabat saya diam di sana. Memanjakan mata (menyuruh perut untuk sabar menunggu), sambil menyiapkan mental untuk kembali naik gondola menuju puncak Blackcomb dan turun ke desa. Lagipula kami tidak bisa memanjakan rasa takut. Bis yang kami tumpangi akan berangkat pulang satu jam lagi. Waktunya untuk MAN UP!
Sampai di desa, kami berkeliling sebentar sebelum masuk bis mencari kehangatan.

Blackcomb village

Oiya, satu hal yang (masih) susah untuk saya lupakan ketika sampai di stasiun puncak pertama.

rainbow gondola
…ketika bukan untuk berkata-kata,
ketika cukup kalbu yang merasa…